Social Icons

Featured Posts

Selasa, 02 Juni 2020

Sudah Sampai Di Sini

Shubuh tadi tidak seperti biasanya, WA ku berbunyi. Ada sebuah poster terpampang wajahku. Beliau meminta pertimbanganku mengenai poster itu. Poster sebuah pelatihan yang dimana saya termasuk narasumbernya.
Saya tidak akan membahas pelatihannya. Sebenarnya saya baru satu tahun ikut organisasi ini dan aktif sebagai anggota. Tapi tidak ada salahnya sesekali saya coba menaikkan kemampuan diri sambil berlatih menjadi pemateri walaupaun alakadarnya.

Bu Umi namanya yang mengirimi saya pesan. "Bagaimana Mb Anis, ada yang perlu direvisi?". Meminta pertimbanganku mengenai keterangan diri di bawah fotoku. Saya malah sedikit tidak enak kalau ditulis sebagai kordinator bidang apa begitu yang menyangkut organisasi. Tapi ada yang menggganjal kalau saya tidak mencantumkan profesi saya sebagai guru SD. Ada beban moral tersendiri terkait predikat itu. Bukan sebagai beban, tapi malah sebuah identitas yang harus saya tunjukkan.

Saya masih ingat, dulu ketika kelas 3 SMA. Zaman dimana teman-teman seangkatan sedang sibuk-sibuknya memilih kuliah yang mereka impikan ataupun tempat kerja yang mereka sukai. Saya membuat keputusan yang cukup mengejutkan beberapa orang. 

Rabu, 13 Mei 2020

Jadi Wanita Ternyata Serumit ini

Ramadhan hari ke 20 1441 H/ 2020 M.

(Niat hati mau menulis setiap hari, tapi tiba-tiba malas setelah hari ke lima dan tidak ada bahasan. Baru ini ketemu bahasan lagi)


Tadi malam jari ini gatal.
Ketika berselancar di dunia per-IG-an, seperti biasa suka melihat komentar-komentar di postingan yang sekiranya menarik. Kali itu ada postingan dari PBNU (lupa nama akunnya. Hehehe, saking banyaknya akun akun berlabel NU yang saya ikuti).  Judulnya "Hal-hal yg membatalkan puasa". Terpantau yg menarik perhatian adalah salah satu hal yg membatalkan puasa ketika masuknya benda ke dalam lubang di tubuh ini. 

Banyak pertanyaan dan diskusi di kolom komentar tentang maksud "lubang di tubuh". Ada tentang upil, korek kuping, obat mata dll. Tapi dari bahasan lubang-lubang itu saya malah gatal untuk mengomentari pertanyaan Bapak-bapak (kayaknya. Saya kok tahu. Ya karena saya buka profilnya. hehehe) Jadi si Bapak bertanya tentang istrinya yg hamil mengeluarkan darah. Apakah puasanya batal?. Saya jawab "Tidak batal, karena bukan termasuk darah haid dan nifas". Entah kenapa saya tiba-tiba ingin menanggapi. Padahal jarang sekali saya komentar di postingan agama bab Fiqih yang ada saya malah bertanya hahaha. Ilmu juga masih cetek banget. Mungkin karena kebetulan saya pernah ngaji pasan (Mengaji di Bunyai/Kyai hanya di bulan Puasa) dan membahas kitab tentang Wanita. 
Si Bapak ternyata belum puas. Yak Bapak saya bukan alat pemuas hehehe ups. Beliau bertanya lagi kalau solat?. Eh saya jawab lagi (kenapa sih Niiiisss). Kalau pas solat disumpel pakai kapas. Biar ndak netes darahnya ketika solat. Eh si Bapak tanya lagi. Berarti seperti darah istiadzah ya?.
Saya memutuskan tidak menjawab lagi. Ilmunya yg segini. Ndak berani untuk berkomentar lebih lanjut. Nanti si bapak tambah tanya lagi. 
Selesai memutuskan untuk tidak menanggapi lebih lanjut, malah jadi kepikiran pernyataan Bu Fikri (Bu Nyai, masih muda, yg mengajari bab Wanita dan perdarahannya pas puasa tahun lalu). Jadi wanita itu memang riwil, agak ribet (aku lupa kata bahasa Jawa yg dipakai beliau untuk mengungkapkan kondisi wanita pas ngaji itu). Ya dari pertanyaan Bapak tadi juga sudah kelihatan. Betapa banyak hal hal yg tidak dialami pria yang membuat kondisi wanita harus ekstra dalam menyikapi dan mengetahui hal-hal kewanitaan untuk kelancaran ibadah. Dari setetes darah yg menetes bisa merembet ke bahasan lainnya. Dari mulai hukum darahnya, cara membersihkan, hitungannya, persiapan ibadahnya, yg boleh dan tidak boleh dilakukan. Yahh pokoknya ribet dan detil. Sebagai wanita pas ngaji pasan tahun lalu saya juga sempat berpikir. "Jadi wanita kok banyak yg harus diketahui ya. Apalagi bagi yang punya kejadian-kejadian khusus. Benar-benar harus mencari ilmu lagi." Sambil berharap besok juga ada yg membimbing. Soalnya saya paling suka membuat pertanyaan di kepala. Dan paling sebal kalau belum ketemu-ketemu jawabannya.. 
Ini saja juga masih ada pertanyaan-pertanyaan yang baru muncul di kepala ketika bulan puasa ini. Ingin tanya tapi sama siaapaaaaaaa. 😔

Selasa, 28 April 2020

Hikmahku, Di Ramadhan Hari Ke-Lima (Salat Tarawih)

Salat Tarawih

Di masa pandemi semua diatur.
Ibadah pun diatur.
namun memang saat ini mushola RT kami tetap solat seperti biasa.

Tadi saat solat entah kenapa saya tiba-tiba teringat.
Biasanya ketika puasa pasti ada buber.(kadang saya malas ikut sih)
Kemudian tarawihnya kadang tidak bisa jamaah. Karena tahu sendiri buber itu pasti tempatnya sesak. Belum lagi waktu makan kita ngobrol lama panjang kali lebar kali tinggi . Namun tetap kita lakukan.

Mau solat sendiri benar-benar berat. Karena 20 rokaat surat pendeknya diulang-ulang. Ya kalau buber sih hampir dipastikan solat sendiri. Ibuk pasti selalu tanya. Solat tarawih dimana?. Tahu kan artinya saya harus apa. (Ya solat Niiissss).
Walaupun ini solat sunnah tapi kan ini spesial tidak sewaktu waktu kita bisa lakukan.

Ketika kondisi seperti ini masih  bersyukur bisa tarawih jamaah.
Tidak solat sendirian. Kadang untuk sekali saja tarawih sendirian berat apalagi jika harus sebulan. hehehe

Yah hikmahnya. Saya sendiri jadi kepikiran pentingnya mencari calon yg bisa jadi imam minimal bagi keluarga.
Sebagai lelaki juga mungkin jadi kepikiran, yang biasanya tidak pernah mencoba jadi imam. Akhirnya bisa latihan jadi imam di keluarganya sendiri.
Yang masih bisa ibadah di mushola / masjid jadi tahu bahagianya memakmurkan masjid/mushola.

Minggu, 26 April 2020

Hikmahku di Ramadhan Hari Ketiga

Rezeki beruntun.

Pernah tidak suatu waktu di meja makan kita tidak ada satupun yang dapat dimakan.?
Namun, suatu hari tiba-tiba ada saja makanan sampai-sampai kita tidak sanggup memakannya dan sisa.?

Ini  juga terjadi di Ramadhan hari ketiga saya.
3 hari awal ini, kami cukup makan dengan sayur bening dengan bahan yang didapat dari belakang rumah, dengan lauk tempe/ tahu goreng. Paling top telur dadar. Tidak ketinggalan sambal. Minumannya cukup teh hangat kadang-kadang ada kolang kaling hangat. Dan biasanya itu bisa disantap juga saat sahur. Jadi sahur tidak memasak lagi.
Saya sih, tidak masalah dengan menu seperti itu. Enak sekali kok. Apalagi dimakan saat hangat-hangatnya. Membuat tubuh kita "gembrobyos"/.

Namun, sore tadi ada rezeki beruntun. Tetangga mengirimkan "bancaan" berupa urap dan isi lauknya. Kemudian saat belanja siang tadi saya diminta ke rumah saudara yang masih satu RW, ditawari jeruk wedang hasil pohon sendiri. tidak dinyana malah di sana dapat sayur juga. Kacang panjang dan mentimun dan bonus kolak 3 bungkus (sesuai jumlah orang di rumah saya) hehehe.
Jadilah,  hari ini berbuka dengan menu yang lebih banyak dari biasanya. Alhamdulillah.

Hikmahya
Beginilah hidup,
kadang kita tak punya
kadang berlebih,
ketika tak punya harus pandai bersyukur
pun ketika berlebih syukurnya ditambah.
Sebagai pengingat semua ini karunia Sang Pencipta.

Sabtu, 25 April 2020

Hikmahku di Ramadhan Hari ke Dua (Harta yang Baik)

Ramadhan 1441 H, Hari Kedua

Hati-hati dengan Hartamu.

            Pagi Jam 08.00 tadi kami ikunjungi teman ibuk, seorang bapak-bapak pegawai. Ke rumah karena ingin menemui Bapak untuk membetulkan listriknya. Tidak terasa, beliau malah cerita banyak. Jadi beliau telah menghantarkan anak-anaknya  sukses. Bahkan sekarang ini sedang membangunkan rumah untuk anak-anaknya. Makannya bapak diminta memasang instalansi listriknya. Padahal sebagai pegawai, mungkin  gajinya tidak sebanyak gaji ibuk yang sama-sama pegawai. Ya,, Untuk ukuran pegawai yg lulusan SMA, gaji hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari. Tetapi Bahkan sekarang jadi tuan takur tanah (kata beliau).

           Disela cerita beliau, saya diberi wejangan. Gaji yang kita terima kalau dibuat cukup  ya bisa cukup walaupun mepet. Jika dibuat tidak cukup ya kita harus putar ota, dibuat untuk investasi. Jangan hanya mengandalkan gaji. Tetapi kalau mau investasi harus pintar mengelola, gali dan tutup. Jangan ambil.untuk mobil / barang-barang yg akan turun harga. Ambillah untuk beli tanah atau rumah. 
Namun yang lebih penting, harus hati-hati dalam mengelola harta agar berkah hartanya. Tidak bercampur dengan hal haram yang menyebabkan harta kita haram.

            (Agak sedikit meng-ghibah) Contohnya, ada kedua orangtuanya pegawai, namun anak-anaknya tidak ada yg jadi orang, malah lebih paranhnya pernah jadi berandal.
(Entah benar atau tidak. Tapi mari kita fokus ke hikmahnya.)
Jadi, ceritanya tanpa sepengetahuan istri, sang suami menerima orderan gelap kantor untuk masuk rekening pribadi dan transaksi di rumah. Mungkin itu sebabnya harta yg mengalir di darah daging anak-anaknya jadi tidak berkah. Pokoknya harus hati-hati dengan harta yang akan menjadi darah dan daging kita.


Bapak itu juga seclumit berujar. Saya juga sedang "metani" dalam artian memilah milah barangkali ada harta yg didapatkan dg cara yg kurang barokah jangan sampai terus berlanjut di makan anak.

Hikmah yg bisa kita petik.
Harta,
sebagaimanapun ia dapat membahagiakan
namun tak jarang ia melenakan
bergantung kita mamu memilih jalur mana dalam meraihnya
semua konsekuensi pasti akan kita terima
dari kenistaan bahkan keberkahan.
semoga Allah selalu  melindungi kita dari perbuatan tercela.

Jumat, 24 April 2020

Hikmahku di Ramadhan Hari Pertama (Tadarus)

Ramadhan 1441 H, Hari 1

Tadarus,

      Di bulan Ramadhan akan sering muncul konten-konten yang berisi dakwah agama Islam, dari mulai membahas puasa, solat tarawih, berbuka, imsak, zakat dan tentunya tadarus.
       Tadarus bagi sebagian orang adalah sesuatu kegiatan yg mungkin jarang dilakukan di tengah aktivitas yg padat dalam kesehariannya. Tidak usah jauh-jauh, saya saja juga seperti itu. Untuk istiqomah minimal setiap hari harus tadarus saja kadang pasti terlewat sesekali. Namun, di bulan yg penuh berkah ini memang seperti ajang pengumpulan pahala karena akan dilipat gandakan. 
       Dulu ada gerakan ODOJ (One Day One Juz). Saya masih ingat ketika kuliah saya berpikir, kenapa tadarus harus ditarget dipaksakan dan dilaporkan ke satu grup. Agak kurang srek saja. Tetapi, ternyata saya pernah melukannya setiap Ramadhan sewaktu  kecil, di tempat ngaji badha dhuhur harus berangkat dan wajib membaca AlQuran 1 juz. agar Ramadhan selesai bisa khatam 1 AlQuran. 
       Setiap tahun, pasti ada yang memposting tips agar katam Alquran 1x, 2x, 3x bahkan 4x selama bulan Ramadhan. Tak ada salahnya kita mengikuti tips tersebut. Kebetulan saya dari dulu memang punya target sendiri untuk tadarus di Bulan Ramadhan. Minimal khatam 1x, syukur bisa 2x dalam sebulan. Namun tidak terpatok harus selesai solat wajib mebaca berapa lembar. Yg penting target sehari saya harus selesai 2 juz, kalau memang sedang terpepet ya 1,5 juz (Tapi entah ada angin apa Ramadhan ini bisa sampai 3 juz sehari. Mungkin efek WFH). Hal tersebut sudah cukup lama saya lakukan. Karena sebagai perempuan tentunya tidak bisa setiap hari membaca Alquran, karena jika ada tamu bulanan datang otomatis libur dulu tadarusnya. Jadi trik tersebut saya lakukan agar selama Ramadhan bisa katam Alquran. Jadi sebenarnya sehari cukup 1 juz untuk bisa katam. Namun saya lebihkan sebagai tabungan/pengganti saat saya sedang tidak boleh membaca Alquran.

Hikmah dari topik tadarus ini.
 Menurut saya sah sah saja seseorang menentukan target ibadahnya karena telah mengukur kemampuan atau malah dosanya sendiri guna mengharap tentunya Ridho dan pahala dari Allah SWT.
Semoga ibadah tadarus kita diterima

Jumat, 17 April 2020

Iseng-iseng Berhadiah

Minggu, 12 April 2020

Hari ini sudah minggu ke 5 menjalani masa "dirumahaja". Yah walaupun tetap beberapa kali ke luar rumah karena pekerjaan yang tidak bisa dilakukan online. Dampaknya pun lumayan membuat bingung mau ngapain. Padahal hari-hari biasanya sebelum pandemi COVID-19, saya termasuk yang suka sekali rebahan bermalas-malasan. Hahaha. Tapi kalau dipaksa dan dengan kondisi seperti sekarang ini kok jadi tidak nyaman. Walaupun sebenarnya sama saja, ya mungkin karena pikiran kita dipenuhi rasa ketakutan akan pandemi ini. Jadi membuat tubuh kita juga tidak bisa merasa nyaman. Kalau terlalu banyak pikiran memang membuat semuanya tidak enak. Tidak hanya pusing, badan bisa menjadi sakit bahkan kejiwaan juga sedikit terganggu mungkin ini. Kata kerennya "burnout"

Nah, selama WFH (Work From Home) kerja dari rumah ini, berbagai kegiatan sudah saya lakukan, seperti berkebun (metik bunga di sekolah atau minta ke orang, beli alat-alat berkebun, menyiapkan media tanam, menanam, merawat dan menyiram) dah itu saya kasih penjelas biar kelihatan sibuknya. Padahal ya kegiatan intinya menanam bunga. Huuuu
Setelah itu setiap pagi memberi tugas ke murid, malamnya merekap nilai. Belum lagi ini sedang diberi tugas tambahan jadi operator BOS. Disela-sela itu semua, ya megang Hp. Buka youtube, instagram, fb(akhirnya membuka fb lagi), tokopedia (cuma lihat-lihat saja. Harus hemat. Jangan sampai lengah tiba2 semua dibeli.)

Tapi ketika itu pas hari minggu.  Posisinya hari itu tidak  sedang membagi tugas ke anak-anak. Berkebunnya sudah hari-hari yang lalu. Paling menyirami tanaman hanya setengah jam saja. Pekerjaan rumah juga sudah selesai (paling cuma menyapu lantai dan halaman, cucian sudah beres hari Jumat kemarin).  Yang bisa dilakukan ya buka Hp. Udah tuh seharian sampai siang lihat youtube dan IG sampai muser-muser koneksinya. Malamnya jadi bingung mau mengerjakan apa.
Entah ada angin apa, saya akhirnya melakukan hal yang sebenarnya sudah sering saya lakukan, ketika sudah tidak tahu mau ngapain dengan Hp saya. Mau nonton Youtube sudah malas itu itu saja. IG juga kadang koneksinya lambat. Medos yang lain ya kadang kita juga bisa di satu titik malas membuka medsos kan?.
Harusnya sih bisa "call a friend" wuiihh kayak kuis "Who wants to be milioner" yak hahaha. Tapi jujur ndak pernah tuh teleponan sama temen (aneh gak? Gak kan?). Eh, ditelepon sih  pernah sama temen grup (anak-anak kos sama sekawan).

Akhirnya saya iseng mengetik nama sendiri di kolom pencarian Mbah Google. Yups nama sendiri. Saking gabutnya dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kalian pasti pernah kan seperti itu?. Jangan sampai saya merasa aneh lagi. Karena melakukan hal ini. Hehehe.
Jadi mencari nama sendiri di Mbah Google tidak pertama kali ini saya lakukan. Dulu sewaktu kuliah, di kosan juga pernah. Mungkin satu tahun sekali pasti muncul ide iseng ini. Mencari nama sendiri di google.

Beberapa situs atau halaman muncul ketika saya ketik nama saya, halaman pertama di google sudah tidak asing lagi. Karena isinya sama ketika terakhir kalinya saya mencari nama sendiri. Kemudian saya klik halaman selanjutnya. Ada beberapa yang baru. Seperti skripsi, tentang PPG. Ya karena itu yang baru dilakukan 3 tahun terakhir. Kemudian halaman ketiga saya buka. Sampai di pertengahan halaman. Saya penasaran. Kok ada web tentang Gusdurian?. Berita apa ini?. Karena saking penasarannya langsung saya buka websitenya dan saya baru ingat. "Oh ini".
Ya saya baru ingat, kalau duluuuuuuuuuuu (agak panjang ya, karena sudah lama memang.) Saya pernah mengirimkan naskah puisi ke sebuah komunitas yang sedang mengadakan semacam peringatan untuk Gus Dur. Akhir 2018 tanggal 31 Desember pagi saya lihat status WA teman yg seorang aktivis. Saya tertarik ikut, tapi deadlinenya ternyata tinggal hari itu saja. Padahal saya kalau membuat tulisan ya biasanya tidak bisa diburu-buru seperti ini. Tapi akhirnya hari itu entah apa yang saya tulis, puisi untuk Gus Dur jadi juga. Langsung saya kirim.

Entah, hari-hari berikutnya saya sibuk apa. Hingga akhirnya tidak mengecek e-mail sama sekali.  Pernah sih kepikiran puisi saya itu diterima apa tidak, ketika sekilas melihat acara launching kumpulan puisi tersebut di IG ketika bertepatan dengan perayaan Haul Gusdur di Kendal. Ketika itu yg saya pikirkan adalah berarti puisi saya tidak masuk ke dalam bukunya. Karena di keterangan IG tersebut tertulis "launching buku dengan dihadiri tokoh-tokoh penting dan para undangan kontributor puisi.

Jadi saya kaget, kok ternyata puisi saya masuk ke buku ini. Saya coba cari CP yang bisa dihubungi, ketemu ada 2 nomor. Laki-laki dan perempuan. Akhirnya saya menghubungi kontak yang laki-laki. Kebiasaan dari dulu  sih ini. Kalau ada pilihan menghubungi CP  dan tertera laki-laki dan perempuan.  Saya lebih memilih menghubungi yang laki-lakinya. Lebih enak saja. Kadang kalau perempuan dalam pandangan saya agak lebih judes. Hahaha.
Setelah saya kirim pesan tanya-tanya tentang buku tersebut. Tidak lama kemudian dibalas oleh CPnya. Bukunya masih ada dan siap kirim. Saya tanya lagi, apakah kalau kontributor berarti gratis?. Malah masnya balik tanya. "Mbak Nisa termasuk yg menulis puisi kah?.
Tidak mau terlalu PeDe, saya cuma bilang "Saya tidak tahu mas, tapi dulu pernah ikut mengirimkan".
Tidak lama kemudian. Masnya mengirimkan link berita yang sudah saya buka.
"Selamat ya Mbak Nisa. Anda termasuk salah satu kontributor. Bukunya juga gratis."
"Apa dulu tidak mendapat email dari kami?".

Saya langsung buka email.  Ndak ada tuh email dari komunitas. Baru beberapa menit , saya coba buka di bagian lain email. Eh ternyata ada.
Jadi selama ini ketika saya buka email di Hp yang muncul di bagian depan itu cuma email yang populer (kayaknya yang sering saya buka/pernah berinterkasi dengan saya). Nah jika pertama kali mengirimkan email, akan masuk ke inbox seperti biasa.. Aduh,, kenapa kamu Nis. Gitu aja ndak teliti.
Akhir Januari memang ada 2 email dari komunitas tersebut. Pertama, undangan untuk menghadiri launching buku. Kedua, tanda terima kasih berupa sertifikat online. Jadi nyesel kan saya, kenapa tidak teliti saat mengecek email.

Ya sudah lah, yang lalu biarlah berlalu. Yang terpenting dapat gratis buku. Eh bukan, yang penting puisi saya yang belum seberapanya itu masuk ke dalam buku yang didedikasikan kepada Gus Dur dan direstui langsung oleh putrinya ketika launching. 

Kemarin, buku itu sampai di tangan dengan selamat.
Eh ternyata ada beberapa orang yang saya kenal juga ikut mengirimkan puisinya. 






 
Blogger Templates