Social Icons

Kamis, 25 Desember 2014

Pantai Glagah, Kulon Progo

Kali ini, saya mengeksplor keindahan tersembunyi di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Sebagai anak keturunan asli Kulon Progo, bisa dikatakan saya bukanlah orang yang mengetahui seluk beluk Kulon Progo. Maklum saja, saya ke Kulon Progo hanya 1 tahun sekali ketika Hari Raya Idul fitri. Namun ketika sudah mulai bisa naik motor sendiri, rasa ingin tahu saya mulai mengusik ingin menjelajahi sudut-sudut Kulon Progo. Destinasi wisata Kulon Progo yang saya kunjungi adalah Pantai Glagah.
Pantai Glagah terletak di Muara sungai Serang, Kecamatan Temon, Kulon Progo. Pantai ini sangat mudah dijangkau karena letaknya tidak jauh dari Kota Wates yang merupakan Kota Kabupaten dari Kulon Progo. Lokasinya sekitar 40 KM ke arah barat dari Kota Yogyakarta. Ketika sudah sampai Wates, ikuti petunjuk jalan yang mengarah ke Purworejo. Karena Pantai ini bisa dikatakan lebih dekat Purworejo daripada kota Yogyakarta.
Keunikan Pantai ini yaitu adanya tanggul pemecah ombak “sea wall” yang dibangun untuk mencegah ombak pantai selatan yang terkenal ganas. Ratusan tetrapod diletakkan di bibir pantai yang konon nantinya di Pantai Galagah ini akan dibangun pelabuhan.
Ciri khas lain dari Pantai Glagah adalah adanya Laguna. Di Laguna ini kita dapat bermain permainan air, seperti getek, kapal wisata, bebek air dll. Bagi para pejantan tangguh bisa mencoba ATV untuk menaklukkan pasir hitam atau bisa juga motorcross.
Di sekitaran area juga banyak sekali cinderamata khas Kulon Progo. Biasanya merupakan kerajinan tangan. Jadi sangat unik. Jika sudah lelah menikmati pantai dan berburu cinderamata. Bisa langusng mampir di pondok-pondok makan yang menyajikan berbagai makanan laut.
Pemandangan yang indah selama perjalanan menuju dan meninggalkan Pantai Glagah juga bisa dibuat foto-foto. Jalan sunyi dengan pohon bakau disamping kanan kirinya sangat eksotis menurut saya. Tapi bagi yang bisa menahan rasa malu ya , karena foto ditengah jalan ^_^

Kamis, 11 Desember 2014

Pendakian Pertama, Gunung Lawu

Mimpi untuk dapat menyentuh awan menikmati sinar matahari dari sudut yang berbeda akhirnya dapat terwujud juga. Bersama teman-teman CG dan A.U.W gerombolan anak manusia yang bersahabat sejak pertama kuliah aku nyempil ikut gerombolan itu untuk mendaki di perbatasan JATENG dan JATIM. Entah apa yang menjadi pertimbangan mereka memilih Lawu sebagai tujuan pendakian. Yang pasti pendakian tersebut sangatlah berkesan buat saya.
kepitingexpress
C.G dan A.U.W bersama R.A. Said

Berangkat dari Semarang pukul 09.00 dan mampir-mampir dulu ke para anggota gank, akhirnya baru sampai di Tawangmangu pukul 16.00 WIB. Ternyata ada 2 jalur pendakian, yaitu Cemoro Kandang yang masuknya JATENG, kemudian Cemoro Sewu
Mengisi tenaga dulu
yang merupakan wilayah JATIM. Kedua pos pendakian itu hanya berjarak 200 m. Gaje bingit kan?? :3 . tapi karena sempat browsing tentang G.Lawu, sesuai instruksi ketua rombongan kami memulai pendakian dari Cemoro Sewu JATIM.
breafing, pemanasan dan berdo'a :D











Setelah sedikit mengistirahatkan badan, makan dan sholat kami mulai berkemas bersiap mendaki. Setelah membeli tiket masuk (Rp. 3000/org) sekaligus melapor, kami ber-13 bergegas pemanasan dan breafing. Pendakian ini dimulai pada pukul 17.00  WIB.

Melihat rombongan yang bersemangat menambah antusias saya atas pendakian pertama ini. Berbagai informasi negatif tentang G.Lawu yang didapat dari internet saya jadikan pengetahuan saja. Sempat takut, tapi setelah melewati malam di G.Lawu akhirnya biasa saja.


Prinsip utama mendaki adalah “kita sendiri yang tahu sekuat apa diri kita” maka ketika butuh istirahat jangan dipaksakan untuk tetap berjalan. Ilmu kedua yang saya dapatkan yaitu, satu sama lain dari rombongan harus tetap solid dan bersatu. Jangan sampai terpecah belah. Prinsip-prinsip itu yang saya rasakan sangat diterapkan dalam rombongan ini. 6 cewek dalam rombongan dan beberapa cowok yang juga baru pertama mendaki, membuat perjalanan ini semakin berarti dengan berbagai pengertian dan sikap saling mamahami. Tidak ada yang keberatan ketika kita baru beberapa meter istirahat dan ada yang meminta istirahat lagi. Dan ini berlangsung sampai kita sampai di watu putih (pos 4).

Tak bisa dihitung lagi, berapa kali kita istirahat dijalur setapak dan terkadang dilanjut ketiduran.  Tak bisa dihitung lagi berapa kali kami menyemangati kawan kami untuk terus melanjutkan perjalan. Tak bisa dihitung lagi kami berbohong bahwa pos selanjutnya sebentar lagi untuk membuat kawan kami tetap sadar dan mau melangkahkan kakinya. Yang jelas sesuatu yang tak bisa dihitung itu yang membuat saya bergecak kagum.

3 kwek kwek
menanti sunrise


Perjalanan yang terasa sangat lama adalah dari pemberangkatan ke pos 1, dan dari pos 3 ke pos 4.  Sempat istirahat di pos 3 pada pukul 00.00 dan kami menjadwalkan kembali melangkah pada pukul 02.00. namun rencana berubah ketika ketua rombongan kami memutuskan utnuk melanjutkan perjalan pukul 01.00. kondisi teman-teman yang kedinginan ketika tertidur dan ada yang tidak bisa tidur yang menjadi alasan untuk mai tetap berjalan.  Tapi itu semua terbayar ketika kami ber 13 sampai di watu putih tepat ketika matahari terbit. Seakan energi terkumpul kembali untuk menuju ke puncak.
behind the scene
watu putih













watu putih





Kami tutup perjalanan pagi itu dengan menikmati keindahan di sekitar pos 5, dimana ada sebuah warung dan sendang. Sedangkan puncak hanya ditempuh oleh 11 orang walaupun jaraknya Cuma 1 km dari pos 5.
tanjakan dari POS 5 menuju Puncak hargodumilah

Puncak Hargo Dumilah

 
Blogger Templates