Pernahkah kawan-kawan sadari bahwa kita mendapat
stimulus kembali ketika bertemu dengan orang lain? Sekadar mengobrol atau melakukan hal-hal
menarik lainnya.
Komunikasi dengan orang lain hemat saya
memberikan nuansa hati yang berbeda. Ketika sedang ada permasalahan maka
sejenak akan terlupa ketika berkumpul dengan kawan-kawan kita. Ada semangat
baru ketika sesi curhat mengalir begitu saja dan mengeluarkan semua racunnya.
Hal inilah yang baru saya sadari terjadi dengan 3 orang kawan saya ini.
Entah dari kapan kita mulai sering berkumpul.
Yang jelas dalam ingatan saya, mengalir begitu saja. Ada yang mengenal ketika
SMP dan ada juga ketika SMA. Alhamdulillah sampai detik ini masih sering
berkomunikasi walau jarak memisahkan namun tak berarti menghalangi. Tahun ini (2017) kami semua telah mendapat
gelar pertama kami. Dari kampus yang berbeda-beda. Momen ini yang kami
manfaatkan untuk diabadikan dalam frame yang dapat dikenang.
Tot dan Tit |
Selang waktu berjalan saya mengenal si paling bungsu (Sri ERNI Widyastuti). Kawan sekelas Hima saat SMP. Akhirnya saya ikut dekat dengan anak ini.
Tit dan Tet |
Beranjak SMA kami memasuki sekolah yang sama
(SMAN 1 Cepiring). Saat di SMA inilah saya mengenal Zizi (Dziyaul Lami’). Kawan
sekelas Erni. Tak hanya itu kami
berempat tergabung dalam organisasi yang sama AMBALAN PRAMUKA SRI SULTAN
HAMENGKUBUWONO IX & MUSTIKA EKA SAPTA. Walaupun di organisasi ini seringnya
terjadi gesekan kecil, perbedaan pendapat dll. malah menjadikan kami semakin
dekat karena menghabiskan waktu untuk berusaha memecahkan masalah bersama.
Tit dan Tut |
Selepas
lulus SMA kami terpisah jarak. Yang paling jauh ada di Bogor yang lainnya
sekitaran Semarang saja. Ritual baru pun
dimulai. Ketika libur kuliah datang dan yang dari Bogor pulang kampung, itu
tandanya kita akan berkumpul. Tidak bermaksud mengesklusifkan diri (saya juga
tidak begitu suka dengan kecenderungan kelompok kecil) namun seringnya
berkumpul ya 4 orang ini. Dari kegiatan apa saja hampir selalu ketemu.
(Ndelalah) rumahnya berdekatan.
Memutar waktu semasa SMA |
Kami bukan kawan yang memiliki kegemaran yang
sama. cenderung beragam dan berkebalikan. Saya akan ceritakan sedikit karakter mereka.
Mulai dari paling tua (ups) Himatul Aliyah.
Sekilas kalau saya cermati dia hampir mirip dengan saya pola pikirnya. Dialah
yang sedikit banyak membantu saya menjadi siswi yang mudah bergaul di SMP. Yang
mempunyai teman banyak ya si Hima, tapi karena saya sering juga bersama dia
maka dari itu saya mulai mengenal dan bersosialisasi dengan kawan-kawannya. Dia
yang paling cuek dalam penampilan (tapi saya masih dibawahnya) hahaha.
Lanjut ke yang paling bungsu Sri Erni
Widyastuti. Pemecah kepenatan ketiga semuanya sedang suntuk, walau malah kadang
menambah kebisingan. Cukup cerewet dan ceplas ceplos. Tapi setelah masuk kuliah
dia yang paling banyak berubah dalam hal penampilan. The best lah soal gincu
dan bedak sama hijab. Seingat saya, dia paling tidak begitu memusingkan suatu
masalah. Terutama saat kita tergabung dalam ambalan. Hal itu membuat di sering
memecahkan suasana dari yang tegang kedalam suasana santai dan kadang konyol.
Terkahir yaitu si paling judes saat di Ambalan.
Dziyaul Lami’ (Zizi). Walaupun dia judes eh tegas tapi mungkin dia yang paling
sering memikat hati lelaki. Dan bisa dibilang dia yang malah sudah melanglang
buana bahkan ke luar negeri. Sewaktu kuliah kami sering berkegiatan bersama.
Dari kegiatan alam sampai sosial. Karena kampus kami masih di kecamatan yang
sama.
Rutinitas ketika Hima pulkam sewaktu kuliah |
Itulah sedulur sekawan yang entah dimulai dari kapan, yang jelas semoga silaturahmi tetap terjaga selamanya.
Saat ini kami kembali ke kehidupan masing-masing dengan ambisi dan mimpi pribadi yang kita kejar. Di jalan yang berbeda dengan karakter yang berbeda serta calon jodoh yang berbeda (ya kali, mau samaan?)
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar