- Sikap
ia sebelum memimpin
Bagaimana
perilaku calon pemimpin ketika belum jadi apa-apa menjadi salah satu hal yang
sangat vital diperhatikan. Kondisi saat itu adalah kondisi ia yang sebenarnya.
Ketika terlihat ia sangat peduli akan negaranya ketika belum jadi apa-apa maka
bisa jadi ia adalah orang yang mempunyai ketulusan untuk negara namun juga
tidak boleh diingkari kemungkinan itu adalah sebuah persiapan pencitraan guna
meraih ambisinya untuk
memiliki kedudukan. Dilain pihak ada orang-orang yang
seblum jadi apa-apa ia biasa saja, berjalan dijalurnya dengan dinamis. Namun ia
memiliki potensi untuk membawa perubahan.- Kemungkinan
sikap ia setelah memimpin
Setelah
kita memahami bagaimana perilaku ia sebelum
memimpin dan mulai memilah-milah. Pemikiran selanjutnya yaitu bagaimana
sikap ia setelah jadi pemimpin. Biasanya orang akan membayangkan bagaimana
kedepannya atas sikap yang sekarang. Orang yang dulunya keras dan kaku
dikhawatirkan akan memimpin dengan otoriter orang yang dulunya bersahaja dan
kalem ditimang-timang akan memimpin dengan penuh kasih sayang, orang yang
dulunya pekerja akan larut atas
eksplorasi dirinya yang mengurusi sana sini.
bayangan bayangan itu akan muncul
seperti yang disebutkan jika orang-orang sekitar tidak memahami secara mendalam
akan calon pemimpinnya. Orang yang terlihat kaku sebelum jadi pemimpin belum
tentu ia otoriter, ia bisa berubah menjadi penyayang namun tegas ketika
tanggungjawab diembannya. Sedangkan orang yang bersahaja dan kalem belum tentu
ketika memimpin ia mampu memimpin dengan kehangatan dan mampu mengatasi masalah
konflik internal karena kesahajaannya. Bisa saja ia malah tergerus oleh arus
masalah yang deras menerjang dan kurang tanggap akan permasalahan. Orang yang
dulunya pekerja belum tentu selamanya ia akan turun tangan sendiri ketika ia
sudah jadi pemimpin, bisa jadi ia malah seorang pemimpin yang memahami keadaan
secara mendalam karena ia berpengalaman selama ia telah merasakan sendiri
bagaimana kondisi lapangan
- Jejak
rekam ia
Jejak
rekam ia sebagai pemimpin bisa jadi bahan pertimbangan ketika ingin memilihnya
menjadi pemimpin lagi. Jika dahulu ia sudah baik dalam mengemban amanah
memimpin sangat besar kemungkinan ia baik dalam kepemimpinan ini, tapi ada kemungkinan
lain, jika ia masih tertimbun kenangan masa lalu ditambah ketika Ia tidak dapat
memahami bagaimana kondisi lingkungan saat ini dan tidak cepat beradaptasi
dengan tipe kepemimpinannya maka bisa jadi sejarah baik dulu kala tidak dapat
diulangi lagi saat ini. Di lain pihak orang yang dahulu kurang bagus dalam
memimpin atu bisa dikatakan gagal dalam memimpin maka kebanyakan orang akan
beranggapan bahwa ia tidak layak memimpin. Padahal tersimpan pelajaran potensi
besar dalam dirinya karena ia sudah merasakan pahitnya gagal memimpin dan ia
telah belajar banyak dari kegagalannya. Kegagalan dari masa lalunya itulah yang
menjadi bekal dalam memimpin kedepannya.
- Pemahaman
akan kondisi saat itu
Pemahaman
akan kondisi saat itu maksudnya yaitu sebelum menjadi pemimpin ia telah
menentukan sikap akan kondisi permasalahan saat itu. Hal tersebut tercermin
dari perilkunya menghadapi sebuah masalah atau saat menghadapi tantangan.
Ketika ia tanggap dan antusias dalam menyelesaikan masalah tersebut, bisa
dikatakan ia paham akan kondisi saat itu. Ketika ia masa bodoh dengan tantangan
yang ada, maka tingkat kepekaannya kurang dan bisa diisyaratkan bahwa ia kurang
memahami akan permasalahan saat itu.
- Gaya
bicara
Banyak
orang yang mendekte bahwa seorang pemimpin ya berbicaranya harus mengesankan
sebagai pemimpin. Berbicara dengan bijaksana, santun, kalem, retorika dan penuh
wibawa. Sebaliknya, orang yang ceplas ceplos dan ala kadarnya biasanya kurang
pantas dalam memimpin. Namun, hal tersebut menurut saya tidak berlaku. Terkesan
menutup mata. Jika memang orang yang ceplas ceplos dia mampu dan layak
memimpin, kenapa tidak. Ketika orang yang retorikanya bagus namun ia hanya
pandai bicara dan nol dalam tindakan mungkin malah perlu pertimbangan lagi.
Walaupun ketika mencari pemimpin adalah memang ia yang tidak usah pandai
bekerja, cukup orang yang mamu berpikir tetapi pengalaman lapangan tidak boleh
dianggap remeh.
- Rasa Memiliki
“kemanapun
kamu melangkah, bawa serta hatimu” sepuah kata bijak yang dapat diartikan bahwa
ketika kita bertindak dengan hati maka hasilnya adalah dapat membanggakan hati.
Bertindak dengan hati mengharuskan kita mempunyai rasa didalam kita melangkah.
Seorang pemimpin ketika tidak mempunyai hati dalam bidangnya maka ada sesuatu
yang kurang ketika ia melangkah. Beda ketika ia dari awal telah menjatuhkan
hatinya masuk ke bidangnya dan menikmati segala aktivitasnya maka dapat
dipastikan ia mampu membawa perubahan yang lebih baik. Karena dari hatinya lah
tumbuh sesuatu yang ikhlas dan akhirnya menular pada otak yang menghasilkan
pemikiran positif kemudian menghasilkan inovasi bagi kelangsungan bidangnya.