Social Icons

Selasa, 14 April 2015

Selamat Jalan

Garis hidup adalah kuasaNya,
Secarik daun jatuh, ataupun debu yg berterbangan.
Sudah ada takdir nya diatas sana,

Bahkan ketika kita tertawa,
Ada sedih yg menyelimuti.
Tak bisa dinyana, apa yg detik nanti akan terjadi
Kehendak Illahi adalah yang hakiki.

Hari ini tak aka
n terulang lagi,
Semua marah canda tawa atau kecewanya,
Setiap kata yang pernah terucap
Bagai warisan yang tlah disiapkan .

Hari ini tak kan terulang lagi,
Hangat, dingin datar ramah dalam sapaannya,
Setiap langkah nya bagai jejak yang terpatri.
Yang terkenang dalam sanubari,


Selamat jalan Ayahanda tercinta sahabatku Fida Aulia,
sosok yang ramah dan sederhana
Semoga ditempatkan di sisi terbaikNYA,
innalillahi wainna ilaihi rajiuunnn..

Jumat, 10 April 2015

Menjamah Gagahnya Merapi

Bermula dari ketidak sengajaan, ketika listrik di kos padam dan terpaksa harus mencari tempat pengungsian guna menyelesaikan deadline tugas pengembangan pembelajaran Matematika Bu Trimurtini. Bergegas saya meluncur ke kosnya zizi setelah saya tahu bahwa disana listriknya menyala.

Sambil mengerjakan tugas Matematika terbesit ide untuk jalan-jalan ke Jogja. Eh ternyata zizi sudah ada rencana untuk mendaki ke Gn. Merapi lusa. Sontak saya minta izin ikut dalam pendakian tersebut. Alhamdulillah diberi kesempatan untuk bergabung J.
Sabtu pagi kami meluncur dari Ngaliyan pukul 04.00 pagi karena teman-teman yang lain sudah menanti di basecamp Merapi sejak kemarin. Seperti biasa, kami belum tahu pasti rutenya, untungnya teman-teman kami yang sudah sampai sana masih bisa mengirimkan sms kepada zizi. Berbekal instruksi dari mereka kami menyusuri dinginnya Semarang-Ungaran-Salatiga-Boyolali pagi itu.

Sesampainya disana kami istirahat 1 jam sambil menunggu teman-teman yang lain sarapan dari bekal yang kami beli dijalan tadi. Tepat pukul 09.00 kami memulai pendakian.
Bersama Geng UIN Walisongo
Dari pos pendakian menuju new selo, kami disuguhi jalanan aspal. Sebenarnya masih bisa naik sepeda motor sampai new selo. Namun, itu dilarang. Entah apa alasannya. Saya pikir karena New Selo merupakan tempat wisata jadi tidak diizinkan jika pendaki mau menitipkan sepeda motor disini. Sampai New Selo kami beristirahat sebentar, dan mempersiapkan perbekalan guna mulai memasuki kawasan taman nasional gunung Merapi.
Rute berikutnya adalah jalan plester bersambung dengan jalan setapak tanah. Butuh sekitar 1,5 Jam untuk sampai di pos selanjutnya. Yaitu gerbang pendakian. Pada setiap pos pendakian terdapat papan penunjuk posisi keberadaan dan jarak serta kisaran waktu yang akan ditempuh  untuk sampai di setiap posnya. Untuk sampai di puncak kami harus melewati Gardu New Selo - Gerbang pendakian-Pos 1 – Pos 2 – Pasar Brubah-Puncak Merapi (Puncak Garuda).
Gerbang Taman Nasional Gunung Merapi

Perjalanan kali ini lumayan terkendali dibanding dengan pendakian pertama saya di Gunung Lawu. Jika dilihat dari medannya hampir mirip, namun lebih menanjak Merapi menurut saya. Tapi tidak bisa dibandingkan juga karena masing masing gunung memiliki karakteristik kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kita dapat menemui medan tanah dengan kanan kiri hutan dari mulai New Selo sampai Pos 1. Dari pos 1 sampai Pos 2 kita akan disuguhi medan tanah dan setengahnya batu-batuan besar. Sedangkan pos 2 sampai pasar bubrah kita akan melewati batu batuan bekas letusan vulkanik yang teksturnya sedimen.
Kondisi Medan Pos 2 menuju Pasar Bubrah

Sebelum sampai di Pasar Bubrah ada beberapa makam atau patok yang menandai pendaki-pendaki yang gugur di tempat tersebut. Sekitar 3 patok kalai tidak salah. perjalanan menuju pasar brubah vegetasi tumbuhannya adalah perdu, jadi dari sana kita sudah dapat melihat gagahnya puncak (kawah merapi) yang mengeluarkan asap belerang. Beberapa titik di Pasar Brubah ada semacam alat yang menurut perkiraan saya itu adalah alat deteksi getaran atau gempa dalam gunung. Mungkin itu alat untuk mendeteksi berapa kali terjadi guguran di dalam gunung sehingga dapat dianalisis ketika akan terjadi letusan.
Suasana di Pasar Bubrah

Kami sampai di Pasar Bubrah (pasar setan pada pukul 16.00). Bergegas para pejantan tangguh mendirikan tenda dan para wonder woman menyiapkan peralatan masak untuk sekadar mengisi perut setelah tenaga terkuras. Udara dingin yang mulai terasa membuat saya tidak berkutik di dalam tenda sampai pagi menjelang. Hanya sesekali keluar dari tenda ketika ingin solat atau ke belakang. Suasana berbeda pada malam hari dibanding dengan ketika pertama kali kami sampai pada sore itu. Pasar Bubrah disulap layaknya pasar yang sesungguhnya dengan tenda-tenda dan cahaya cahaya kecil dari dalamnya. Keramaian datang dari perbincangan hangat dari masing-masing regu pendakian. Ada yang bernyanyi ada yang sibuk membuat makanan, ada yang sekadar bermain permainan kecil untuk menghabiskan malam itu. Ada juga yang naik ke puncak Merapi pada malam itu, cahaya yang menyala dari senter mereka terlihat layaknya sekumpulan semut yang berbaris rapi dari bawah ke atas. Sedangkan saya berdiam ditenda, istirahat karena rasa pegal terasa disekujur tubuh saya.
Sang Merbabu dari Merapi

Paginya kami berkesempatan menikmati mentari terbit menantang puncak merapi. Dari tempat kami berada kami juga dapat melihat gunung Merbabu yang letaknya tidak jauh dari Merapi. Setelah puas menikmati sang surya, kami bersiap untuk mendaki sang Merapi. Medan yang akan kami tempuh adalah pasir dan batuan labil.
Perjalanan lumayan berat, karena langkah yang kami pijakan akan longsor beberapa cm karena yang kami injak adalah pasir. Saya pikir setelah melewati pasir pasir itu, keadaan akan membaik. Namun ternyata tidak, batuan batuan cadas dengan pijakan yang labil membutuhkan keahlian layaknya atlit wall climbing. Teman-teman yang sudah sampai dipuncak menambah semangat saya untuk menyelesaikan perjalan itu di puncaknya :) .
Tepian Kawah Gunung Merapi

Dan perjuangan itu terbayar ketika saya berhasil berkumpul dengan yang lainnya di puncak, dibibir kawah merapi. Walaupun kami tidak meikmati Puncak Garuda dan kami disambut dengan kabut, saya tetap bersyukur dapat selamat sampai kawah itu menikmati bau belerang yang samar-samar tercium. Kami hanya sebentar menikmati kawah merapi. Karena cuaca yang sudah tidak mendukung kami bergegas turun untuk berkemas dan kembali ke pos pendakian. Benar saja, sepanjang perjalanan kami diguyur hujan sampai di pos pendakian. Sekitar pukul 17.00 kami bertolak ke Semarang .

Ada sedikit adat yang baru saya tahu beberapa hari ketika sudah mendaki di Merapi. Konon adatnya, kalau kita mendaki 2 gunung itu, merapi dan merbabu. Eloknya harus mendaki Gn. Merbabu dahulu sebelum menjajal Gn. Merapi. Wallahu’alam ^_^

 
Blogger Templates