Social Icons

Rabu, 14 Desember 2016

Rasa(n) Guru

Berakhirnya masa kuliah bergelar sarjana pendidikan sudah sepatutnya saya bertanggungjawab dengan terjun ke dunia yangmana telah disiapkan untuk saya. Baru seminggu memasuki dunia pendidikan sebagai guru honorer telah memunculkan banyak sekali perenungan. Kenyataan di lapangan yang tidak sesuai dengan teori yang dipelajari, sudah lama saya prediksi dan terbukti. Namun, permasalahannya tidak sampai di situ. Ini lebih ke dalam idealisme. Namanya anak muda, yang menjadi senjata terkahir adalah idealisme.
Siswa pertama saya, sebagai guru semi resmi

Ketika teori tidak sesuai dengan lapangan dapat disiasati dengan bertanya kepada guru yang lebih senior. Namun ketika mengenai idealisme maka harus melalui pertempuran hati. Saya adalah tipe orang yang nonformal. Tidak suka dengan peraturan yang terlalu ketat, maka saya menghadapi murid-murid dengan santai, yang penting kenakalan mereka tidak keluar dari wajar kenakalan anak-anak. Kedua, saya lebih menekankan pada sikap dan perilaku. Lebih baik sikapnya terpuji daripada nilai bagus. Kalau bisa sih, dua-duanya. Namun, kalau tidak bisa, maka sikap adalah yang utama. Saya akan lebih cerewet kalau tentang sikap. Untuk nilai, itu karena sesuai kapasitas kemampuan otaknya masing-masing walau bisa dipaksakan, tetapi tidak begitu signifikan perubahannya. Sedangkan sikap memamng harus ditempa, karena terkait kemauan mengontrol diri. Kalau tidak dilatih dan diarahkan akan sulit dibentuk ketika dewasa (bukan tidak mungkin). Sedangkan kurikulum menuntut kemampuan anak tertuang dalam nilai yang baik :).



Lebih berat lagi perihal Ing Ngarsa Sung Tuladha. Sungguh sangat sulit. Namun tidak saya ambil pusing. Karena tidak ada manusia yang sempurna, bahkan seorang Nabi pun tidak sempurna. Pasti pernah melakukan kesalahan. Sedangkan saya manusia biasa, pastinya mempunyai sifat-sifat manusiawi yang tidak bisa dihilangkan walaupun masih bisa dikurangi. Sebagai guru dianggap masyarakat sebagai panutan yang bisa ditiru. Kalau bisa mengusahakan menjadi manusia panutan alangkah bagusnya. Namun kalau masih belum bisa, minimal jangan  menunjukkan kejelekan atau perilaku tidak terpuji di depan anak didik. Itu prinsip saya. Kalau tidak sengaja terlihat atau nampak, maka jangan segan meminta maaf. Ini malah bisa menjadi contoh kepada anak-anak. Kalau tidak ada manusia yang tidak berbuat salah. Yang terpenting kita berani mengakui kesalahan dan meminta maaf namun tetap berwibawa dan tidak menurunkan kepercayaan anak-anak kepada kita.
Kita sebagai lulusan pendidikan tinggal memilih menjadi guru, pendidik atau pengajar?.  Sedangkan saya berusaha untuk masih memegang idealisme saya. Bahwa siswa atau anak-anak memiliki keunikan masing-masing. Saya sampaikan selalu kepada mereka, sikap adalah yang utama. Nilai Ibu bisa beri. Yang terpenting kita belajar bersama saling mengingatkan bagaimana baiknya bersikap.
#################@@@@@@@@@@@@@@@@@@###################



Tak cukup permasalahan disekolah, tanggung jawab besar juga tertera saat kembali ke kampung halaman. Walaupun tempat kuliah hanya berjarak 45 Km dan masih bisa pulang sebulan sekali. Rasanya saya sudah terlalu mengenal lagi kampung halaman saya. Berdosa sekali kan?.  Prinsip saya yang selalu saya junjung adalah bermanfaat bagi sekitar. Tentu tidak mudah. Namun saya mencoba memulai dari awal. Dengan mengikuti kembali aktivitas di desa, guyub dengan pemuda. Sekadar nguri-nguri kegiatan. Saya bukan tipe yang mempunyai mimpi muluk-muluk. Sesedarhana saja, menjadi baik, bermanfaat bagi sekitar walau itu cuma lingkup tempat tinggal. Syukur-syukur bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Karena akan sangat berdosa sekali, ilmu yang kita raih. Pendidikan yang kita tempuh kalau tidak bisa menjadikan pribadi sebagai layaknya seorang terdidik :) 

Selamat menjadi pendidik, kita niatkan saja untuk menjadikan siswa kita menjadi baik, bukan hanya tentang pelajaran, namun lebih ke perilaku.
Ketika kita benar mencotohkan 2 pahala insyaAllah pahalanya, namun ketika kita berbuat salah inyaAllah masih ada 1 pahala yang tersemat. Karena dengan berbuat salah, orang lain masih bisa mengambil pelajaran dengan tidak mengulangi kesalahan yang dilihatnya. Wallahu'alam.

4 komentar:

  1. Percayalah!

    Sukses untuk Strata satu-mu, mbak! Tuhan akan selalu memberkahi jalanmu.

    Mampir wae neng mrgostuquwh.blogspot.com atau mrgostuquwh.wordpress.com

    BalasHapus
  2. Percayalah!

    Sukses untuk Strata satu-mu, mbak! Tuhan akan selalu memberkahi jalanmu.

    Mampir wae neng mrgostuquwh.blogspot.com atau mrgostuquwh.wordpress.com

    BalasHapus

 
Blogger Templates